LAPORAN PENDAHULUAN SINDROM NEFROTIK
- A. Definisi
- B. Etiologi
- Sindrom Nefrotik Bawaan
- Sindrom Nefrotik Sekunder
- Glomerulonefritis primer
2) Glomerulosklerosis fokal
3) Glomerulonefritis membranosa
4) Glomerulonefritis membranoproliferatif
5) Glomerulonefritis proliferatif lain
- Glomerulonefritis sekunder
2) Keganasan : Adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma Hodgkin, mieloma multipel, dan karsinoma ginjal.
3) Penyakit jaringan penghubung : Lupus eritematosus sistemik, artritis reumathoid, MCTD
4) Efek obat dan toksin : obat antiinflamasi nonsteroid, preparat emas, penisilinamin, probenesid, air raksa, kaptopril, heroin.
5) Lain-lain : DM, amiloidosis, preeklampsia, rejeksi alograf kronik, refluks vesicoureter, atau sengatan lebah
- Sindrom Nefrotik Idiopatik
- C. Patofisiologi4
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi hormon ADH dan sekresi aldosteron yang kemudian terjaddi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma.Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin atau lipiduria. Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebnabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia atau defisiensi seng.
- D. Tanda dan Gejala
- Kenaikan berat badan
- Wajah tampak sembab (edema fascialis) terutama di sekitar mata, tampak pada saat bangun di pagi hari dan berkurang di siang hari
- Pembengkakan abdomen (asites)
- Efusi pleura
- Pembengkakan labia atau skrotum
- Edema pada mukosa intestinal yang dapat menyebabkan diare, anoreksia, dan absorpsi intestinal buruk
- Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai
- Iritabilitas
- Mudah letih
- Letargi
- Tekanan darah normal atau sedikit menurun
- Rentan terhadap infeksi
- Perubahan urin seperti penurunan volume dan urin berbuih
- E. Komplikasi
- Hipovolemi
- Infeksi pneumokokus
- Emboli pulmoner
- Peritonitis
- Gagal ginjal akut
- Dehidrasi
- Venous trombosis
- Aterosklerosis
- F. Penatalaksanaan
- Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1 gram per hari, secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dalam makanan dan menghindari makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3 gram/kgBB/hari.
- Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/kali, bergantung pada beratnya edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hidroklortiazid (25-50 mg/hari). Selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemia, alkalosis metabolik, atau kehilangan caitan intravaskular berat.
- Pemberian kortikosteroid berdasarkan ISKDC (international Study of kidney Disease in Children) : prednison dosis penuh : 60 mg/m2 luas permukaan badan/hari atau 2 mg/kgBB/hari (maksimal 80 mg/kgBB/hari) selama 4 minggu dilanjutkan pemberian prednison dosis 40 mg/m2 luas permukaan badan/hari atau 2/3 dosis penuh, yang diberikan 3 hari berturut-turut dalam seminggu (intermitten dose) atau selang sehari (alternating dose) selama 4 minggu, kemudian dihentikan tanpa tappering off lagi. Bila terjadi relaps diberikan prednison dosis penuh seperti terapi awal sampai terjadi remisi (maksimal 4 minggu), kemudian dosis diturunkan menjadi 2/3 dosis penuh. Bila terjadi relaps sering atau resisten steroid, lakukan biopsi ginjal.
- Cegah infeksi. Antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi.
- Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital.
- G. Pengkajian1,2,5,6,7
- Identitas
- Keluhan Utama
- Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Penyakit Sekarang
- Riwayat kesehatan Keluarga
- Riwayat Kesehatan Lingkungan
- Riwayat Nutrisi
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8
Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).
- Pengkajian Kebutuhan Dasar
- Kebutuhan Oksigenasi
- Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
- Kebutuhan Eliminasi
- Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
- Kebutuhan Istirahat dan Tidur
- Kebutuhan Persepsi dan Sensori
- Kebutuhan Kenyamanan
- Kebutuhan Personal Hygiene
- Kebutuhan Informasi
- Kebutuhan Komunikasi
- Kebutuhan Seksualitas
- Kebutuhan Konsep Diri
- Kebutuhan Rekreasi
- Kebutuhan Spiritual
- Pengkajian Fisik
- Pemeriksaan Kepala
- Pemeriksaan Mata
- Pemeriksaan Hidung
- Pemeriksaan Telinga
- Pemeriksaan Gigi dan Mulut
- Pemeriksaan Leher
- Pemeriksaan Jantung
- Pemeriksaan Paru
- Pemeriksaan Abdomen
- Pemeriksaan Genitalia
- Pemeriksaan Ektstrimitas
- H. Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis penggunaan obat, kemungkinan berbagai infeksi, dan riwayat penyakit sistemik klien perlu diperhatikan. Pemeriksaan serologit dan biopsi ginjal sering diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan penyebab GN sekunder. Pemeriksaan serologit sering tidak banyak memberikan informasi dan biayanya mahal. Karena itu sebaiknya pemeriksaan serologit hanya dilakukan berdasarkan indikasi yang kuat3.
Diagnosa
a.
Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan akumulasi cairan di dalam jaringan.
b.
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan
(anoreksia).
c.
Resiko kehilangan
volume cairan intravaskuler berhubungan dengan kehilangan protein, cairan dan
edema.
d.
Ansietas
Berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.
2.2.3
Intervensi
Keperawatan
Hari/
Tgl
|
Dx
|
Tujuan & kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan Kelebihan volume cairan terkontrol dengan Kriteria
Hasil:
a.
Pasien tidak
menunjukan tanda-tanda akumulasi cairan.
b.
Pasien
mendapatkan volume cairan yang tepat.
|
a.
Pantau
asupan dan haluaran cairan setiap pergantian
b.
Timbang
berat badan tiap hari
c.
Programkan
pasien pada diet rendah natrium selama fase edema
d.
Kaji kulit,
wajah, area tergantung untuk edema. Evaluasi derajat edema (pada skala +1
sampai +4).
e.
Awasi
pemerikasaan laboratorium, contoh: BUN, kreatinin, natrium, kalium, Hb/ht,
foto dada
f.
Berikan obat
sesuai indikasi Diuretik, contoh furosemid (lasix), mannitol (Os-mitol;
|
a. Pemantauan membantu menentukan status cairan pasien.
b. Penimbangan berat badan harian adalah pengawasan status
cairan terbaik. Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/hari diduga ada
retensi cairan.
c. Suatu diet rendah natrium dapat mencegah retensi cairan
d. Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung
pada tubuh.
e. Mengkaji berlanjutnya dan penanganan disfungsi/gagal
ginjal. Meskipun kedua nilai mungkin meningkat, kreatinin adalah indikator
yang lebih baik untuk fungsi ginjal karena tidak dipengaruhi oleh hidrasi,
diet, dan katabolisme jaringan.
f. Diberikan dini pada fase
oliguria untuk mengubah ke fase nonoliguria, untuk melebarkan
lumen tubular dari debris, menurunkan hiperkalimea, dan meningkatkan
volume urine adekuat
|
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan Kriteria hasil:
Klien dapat Mempertahankan berat badan yang diharapkan
|
a.
Kaji / catat
pemasukan diet.
b.
Timbang BB
tiap hari.
c.
Tawarkan
perawatan mulut sebelum dan sesudah makan .
d.
Berikan
makanan sedikit tapi sering.
e.
Berikan diet
tinggi protein dan rendah garam.
f.
Berikan
makanan yang disukai dan menarik
g.
Awasi
pemeriksaan laboratorium, contoh: BUN, albumin serum, transferin, natrium,
dan kalium.
|
a. Membantu dan mengidentifikasi defisiensii dan kebutuhan
diet.
b. Perubahan kelebihan 0,5 kg dapat menunjukkan
perpindahan keseimbangan cairan.
c. Meningkatkan nafsu makan
d. meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan
status uremik
e. Memenuhi kebutuhan protein, yang hilang bersama urine.
f.
Pasien
cenderung mengonsumsi lebih banyak porsi makan jika ia diberi beberapa
makanan kesukanannya.
g. Indikator kebutuhan nutrisi, pembatasan, dan
efektivitas terapi.
|
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan Resiko kehilangan cairan tidak terjadi dengan Kriteria Hasil: Tidak
ditemukannya atau tanda-tandanya kehilangan cairan intravaskuler seperti:
a.
Masukan dan
keluaran seimbang
b.
Tanda vital
yang stabil
c.
Elektrolit
dalam batas normal
d.
Hidrasi
adekuat yang ditunjukkan dengan turgor kulit yang normal
|
a. Awasi TTV
b. Kaji masukan dan haluaran cairan. Hitung kehilangan tak
kasat mata.
c. Kaji membran mukosa mulut dan elastisitas
turgor kulit
d. Berikan cairan sesuai indikasi ; misalnya albumin
e. Berikan cairan parenteral sesuai dengan petunjuk
f. Awasi pemerikasaan laboratorium, contoh protein
(albumin)
|
a. Hipotensi ortostatik dan takikardi indikasi
hipovolemia.
b. Membantu memperkirakan kebutuhan penggantian cairan.
c. Membran mukosa kering, turgor kulit buruk, dan
penurunan nadi dalah indikator dehidrasi
d. penggantian cairan tergantung dari berapa banyaknya
cairan yang hilang atau dikeluarkan.
e. Pemberian cairan parenteral diperlukan, dengan tujuan
mempertahankann hidrasi yang adekuat.
f. Mengkaji untuk penanganan medis berikutnya
|
|
4
|
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan
Rasa cemas berkurang setelah
mendapat penjelasan dengan kriteria: Klien mengungkapkan sudah tidak takut
terhadap tindakan perawatan, klien tampak tenang, klien kooperatif.
|
a. Berikan motivasi pada keluarga untuk ikut secara
aktif dalam kegiatan perawatan klien.
b. Jelaskan pada klien setiap tindakan yang akan
dilakukan.
c. Observasi tingkat kecemasan klien dan respon
klien terhadap tindakan yang telah dilakukan
|
a. Deteksi dini terhadap
perkembangan klien.
b. Peran
serta keluarga secara aktif dapat mengurangi rasa cemas klien.
c. Penjelasan
yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan yang akan
dilakukan.
|
2.2.4
Evaluasi
Setelah mendapat
intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom nefrotik diharapkan sebagai
berikut:
1.
Kelebihan volume cairan
teratasi
2.
Meningkatnya asupan
nutrisi
3.
Peningkatan kemampuan
aktivitas sehari-hari
4.
Penurunan kecemasan
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. Jakarta : Media Aesculapius
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FK UI.
Surjadi dan Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed. 2. Jakarta : Sugeng Seto
Wong, Donna L. 2006. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Ed. 6. Jakarta : EGC.
Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fudamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktis Volume 2. EGC :Jakarta
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendekumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2012-2014. Jakarta : EGC
Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2012. Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsavier.
Jhonson,Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St. Louis ,Missouri ; Mosby.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar