Rabu, 05 November 2014

LP EFUSI PLEURA

EFUSI PLEURA
1.        Pengertian
      Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002: 593).
       Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan  dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan  antara produksi dan absorbsi di kapiler dan pleura viselaris (Arif Muttaqin, 2008: 126).
2.        Etiologi
       Berdasarkan jenis cairan yang  terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi:
a.    Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindrom vena kava superior dan sindrom Meigs.
b.    Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, kanker paru/malignansi, infark paru, radiasi, dan penyakit kolagen.
3.        Patofisiologi
      Patofisiologi terjadinya efusi pleura bergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura di bentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler, filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotic plasma dan jaringan interstisial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk kedalam rongga pleura, selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.
       Pada umumnya, efusi karena penyakit pleura hampir mirip plasma (eksudat), sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultraviltrat plasma (transudat). Efusi yang berhubungan dengan pleuritis di sebabkan oleh peningkatan permeabilitas pleura parietalis sekunder terdapat peradangan atau neoplasma.
       Klien dengan pleura normal pun dapat terjadi efusi pleura ketika terjadi payah atau gagal jantung kongestif. Saat jantung tidak dapat memompakan darahnya secara maksimal ke seluruh tubuh maka akan terjadi peningkatan tekanan cairan yang berada didalam pembuluh darah pada area tersebut akan menjadi bocor dan masuk ke dalam pleura, ditambah dengan adanya reabsorsi cairan tadi oleh kelenjar limfe di pleura mengakibatkan pengumpulan cairan yang abnormal atau berlebihan. Hipoalbuminemia (misal pada klien nefrotik sindrom, malabsorsi atau keadaan lain dengan asites) akan mengakibatkan terjadinya peningkatan pembentukan cairan pleura dan reabsorsi yang kurang. Hal tersebut dikarenakan adanya penurunan  pada tekanan onkotik intravaskuler yang diakibatkan cairan akan lebih mudah masuk kedalam rongga pleura.
4.        Tanda dan Gejala
Keluhan Utama
Sesak napas, rasa berat pada dada, terutama setelah beraktifitas, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernapas serta batuk non  produktif.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
·         Peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan (sesak napas)
·         penggunaan otot bantu pernapasan
·         Bentuk dada lebih cembung disisi paru yang sakit
·         Gerak dada tertinggal disisi paru yang sakit)
·         Pelebaran ICS disisi paru yang sakit).
·         Dapat disertai batuk produktif dengan sputum purulen.
Palpasi
·         Taktil fremitus : getaran menurun terutama bila jumlah cairannya >300 cc.
·         Pergerakan dinding dada tertinggal disisi paru yang sakit.
·         Pendorongan mediastinum kearah hemithoraks kontralateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus cordis.
Perkusi : redup hingga pekak disisi paru yang sakit, tergantung dari jumlah cairannya.
Auskultasi: Tidak terdengar suara napas disisi paru yang sakit
Pemeriksaan Penunjang
a.        Fhoto thorax AP-Lat
·         Sudut costapenik dan kardiopenik tumpul/hilang
·         Tampak garis datar yang menunjukkan batas antara paru dengan cairan
·         Gambaran opasitas/warna putih
·         Terdorongnya mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan
b.        Pemeriksaan laboratorium
·         Analisa cairan pleura untuk mendeteksi kemungkinan penyebab dari efusi pleura, misalnya akibat TB Paru
·         Citologi cairan pleura untuk mengetahui adanya keganasan sel/malignansi
·         Biopsi pleura; berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura melalui biopsi. Biopsi ini di lakukan untuk mengetahui adanya kuman-kuman penyakit seperti tuberkolosis
5.    Komplikasi
       Pada setiap efusi pleura selalu ditakutkan terjadinya infeksi sekunder (empiema). Juga terjadinya Schwarte yaitu gumpalan fibrin yang akan melekatkan pleura viseralis dan pleura parietalis setempat. Schwarte ini tentunya akan mengurangi kemampuan ekspansi paru  sehingga akan menurunkan  kemampuan bernapas penderita  karena ganguan retraksi berupa penurunan  kapasitas vital. Kemudian karena fibrin ini akan mengalami retraksi, maka akan timbul deformitas dan kemunduran faal paru akan lebih parah lagi
6.    Penatalaksanaan
       Torakosentesis yaitu aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnostic maupun terapiutik. Torakosentesis sebaiknya dilakukan pada posisi duduk. Lokasi aspirasi adalah bagian bawah paru di sela iga ke-9 garis aksila posterior dengan memakai jarum abboket nomor14 atau 16. Pengeluaran cairan sebaiknya tidak lebih dari 1000-1500 cc pada setiap kali aspirasi,jika aspirasi dilakukan sekaligus banyak, maka akan menimbulkan syok pleural atau edem paru. Edem paru terjadi karena paru terlalu cepat mengembang.
Pengelolaan efusi pleura ditujukan untuk pengobatan penyakit dasar dan pengosongan cairan (thorakosentesis). Indikasi untuk melakukan thorakosentesis adalah :
a.    Menghilangkan sesak napas disebabkan oleh akumulasi cairan dalam rongga pleura.
b.    Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal.
c.    Bila terjadi reakumulasi cairan.
       Pengambilan pertama cairan pleura, tidak boleh lebih dari 1000 cc, terutama pada efusi pleura transudat, karena pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan edema paru yang ditandai dengan batuk dan sesak.
       Kerugian thorakosentesis adalah:
a.    Dapat menyebabkan kehilangan protein yang berada dalam cairan pleura.
b.    Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura.
c.    Dapat terjadi pneumothoraks
8.    Prognosis
      Dengan semakin majunya ilmu kedokteran, dunia farmasi dan teknologi kedokteran, pada umumnya prognosis efusi pleura adalah baik, tentunya kecuali bila penyakit dasarnya adalah suatu keganasan
9.     Pengkajian Keperawatan
            
.     Data Fokus
1.    TTV :  TD, RR, N, T .......kesadaran CM, GCS 456
2.    Anamnesa :
Pasien mengeluh sesak napas bila bergerak, rasa tertekan pada dada saat bernapas
3.    Inspeksi :
·      Tampak sesak napas tanpa/bila bergerak/beraktivitas
·      Bentuk dada (D/S) lebih cembung
·      Pergerakan dada (D/S) saat bernapas tertinggal
·      Ruang intercosta (D/S) melebar
·      Deviasi trakea kesisi yang sehat
4.    Palpasi :
Taktil fremitus : tidak teraba getaran pada paru (D/S)
5.    Perkusi :
Redup/Pekak pada sisi paru (D/S)
6.    Auskultasi :
Tidak terdengar suara napas pada sisi paru (D/S)
7.    Foto thorax :
Tampak gambaran warna putih pada paru (D/S),  sinuscostapenik dan kardiopenik tumpul, tampak garis batas cairan
C.    Analisis Data
NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1
DS :
  · Pasien mengeluh sesak napas bila bergerak, rasa tertekan pada dada saat bernapas   
   DO :
     Inspeksi :
·      Tampak sesak napas tanpa/bila bergerak/beraktivitas
·      Tampak gelisah
·      Bentuk dada (D/S) lebih cembung
·      Pergerakan dada (D/S) saat bernapas tertinggal
·      Ruang intercosta (D/S) melebar
·      Deviasi trakea kesisi yang sehat
      Palpasi :
·      Taktil fremitus : tidak teraba getaran pada paru (D/S)
      Perkusi :
·      Redup/Pekak pada sisi paru (D/S)
      Auskultasi :
·      Tidak terdengar suara napas pada sisi paru (D/S)
      Foto thorax :
Tampak gambaran warna putih pada paru (D/S), sinus ),  sinuscostapenik dan kardiopenik tumpul, tampak garis batas cairan
Ekspansi paru yang tidak maksimal akibat adanya penumpukan cairan dalam rongga pleura
Pola napas tidak efektif
D.          Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosis        :
Pola napas tidak efektif B/D ekspansi paru yang tidak maksimal akibat adanya penumpukan cairan dalam rongga pleura, ditandai dengan : DS-DO
Tujuan                       :
Dalam waktu ... x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan pola napas kembali efektif
Kreteria Hasil            :
·   TTV dalam batas normal
·     Pasien tidak sesak napas bila bergerak
·      Bentuk dada (D/S) simetris
·      Pergerakan dada (D/S) simetris
·      Ruang intercosta (D/S) tidak melebar
·      Deviasi trakea tidak ada
·      Taktil fremitus : teraba getaran simetris
·      Perkusi : sonor simetris
·      Auskultasi : vesikuler simetris
·      Foto thorax : Tidak tampak gambaran efusi pleura
Intervensi       :
1.      Kaji status pernapasan
2.      Ukur TTV
3.      Atur posisi : fowler/semi fowler/miring kesisi paru yang sakit
4.      Oksigenasi
5.      Jelaskan penyebab sesak napas
6.      Ajarkan latihan napas dalam
7.      Kolaborasi medis :
· Tindakan torakosintesis  (funksi cairan pleura)
Implementasi :
1.      Mengkaji status pernapasan (frekuensi, kedalaman, pola napas, saturasi oksigen,  dLL.....)
2.      Mengukur TTV tiap .....menit/jam
3.      Mengatur posisi : fowler/semi fowler/miring kesisi paru yang sakit
4.      Memberikan oksigen ....lpm nasal kanul
5.      Menjelaskan penyebab sesak napas
6.      Mengajarkan latihan napas dalam
7.      Kolaborasi medis :
· Tindakan torakosintesis / pemasangan WSD ( menyiapkan pasien, lingkungan/ruang  tindakan , alat, membantu pelaksanaan, membereskan alat dan evaluasi pasien post tindakan )
Evaluasi          :
S :
·     Pasien mengatakan sesak napas sudah berkurang, terasa lebih ringan saat bernapas, masih ada rasa sesak napas bila bergerak
O
·      Tampak sesak napas berkurang, pasien terlihat lebih tenang
·      TTV : TD, RR, N, T
·      Cairan pleura yang dikeluarkan sebanyak ... cc, warna kuning muda/hemoragis/keruh
·      Palpasi : teraba getaran dibagian atas paru, masih tidak teraba getaran dibagian bawah
·      Perkusi : sonor dibagian atas paru, masih redup/pekak dibagian bawah
·      Auskultasi : vesikuler dibagian atas paru, masih tidak terdengar suara napas dibagian bawah
A
        Masalah pola napas tidak efektif teratasi sebagian
P
       Lanjutkan intervensi no 1,2,3,5,6
  Kolaborasi medis :
·         Pemeriksaan analisa cairan  pleura
·         Pemeriksaan citologi cairan pleura
·         Fhoto thorax ulang
·         Torakosintesis ulang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar